Mencari dan Dicari

Aku mengejarnya
Diantara bangunan-bangunan tinggi
Eskalator yang tiada henti
Kendaraan-kendaraan yang menderu
Tembok-tembok berkaca
Anak tangga batu yang berlumut
Selasar yang panjang
Hiruk-pikuk manusia
Aku kehilangan jejaknya
Lelah hati
Lengang hati
Makin jauh darinya

Seseorang mengejarku
Diantara bangunan-bangunan tinggi
Eskalator yang tiada henti
Kendaraan-kendaraan yang menderu
Tembok-tembok berkaca
Anak tangga batu yang berlumut
Selasar yang panjang
Hiruk-pikuk manusia
Aku ingin menghilangkan jejak darinya
Lelah hati
Lengang hati
Dan dia masih mengikuti

Night, November, 16th 2021

Feeling so tired

Tak Beranjak


Pada akhirnya kaki ini tak pernah beranjak

Tak berlari
Tak jua menapak
Diam
Kosong
Hampa
Entah, mungkin musnah
Nanti…

***
Mengingat impian yang beku
Saturday, May 29th, 2020

Hujan Ini Mengingatkan Aku Padamu

Hujan ini mengingatkan aku padamu

Ketika rinainya membawamu hadir

Dan menyapaku dengan bimbang

Entah kenapa

 

Lalu kau mulai bercerita

Tentang petrichor

Tentang debur ombak

Tentang bulan muram

Dan tentang dirimu

 

Lalu kau mulai merangkai puisi

Dalam majas-majas indah

Yang tak mampu sembunyikan rasamu

Tapi bukan untukku

 

Lalu kau mulai senandungkan lagu

Tentang isi hatimu

Tentang laramu

Tentang rindumu

Tapi bukan untukku

 

Hujan ini mengingatkan aku padamu

Entah dengan dirimu

***

Tyastlc

Gerimis di ujung malam

February 23th, 2018

Bersamamu

img_20161016_173611

Bersamamu dalam batas waktu

Dan rasa yang tak lagi semu

Hanyalah menghadirkan sendu

Dan hati yang mengharu biru.

***

Tyastlc

Afternoon…. when I miss u so much, October 16th, 2016

Selarik Dua Larik Sajak Rindu Untukmu

Red

 

Mestinya kau tahu

Manakala jarak dan waktu terbentang diantara kita

saat itulah kurasakan rindu

 

Dan mestinya kau tahu

Manakala sekat-sekat diantara kita membuat dirimu terasa jauh dari jangkauan angan

Saat itulah kurasakan rindu

 

***

Tyastlc

Early September 5th, 2016

Still can’t sleep…..

Antara Ada dan Tiada 2

Antara Ada dan Tiada

Antara Ada dan Tiada

Tiba-tiba saja takut kehilangan itu terasa

Pada sesosok bayangan yang mengisi sebilik hati yang hampir beku

Dan yang mewarnai ruang kecil di jiwa yang hampir bisu

Dan aku masih saja bermain-main dengan bimbangku

Antara ada dan tiada

Rasaku untuknya

***

Dian Widyaningtyas

For Tyastlc.com

Tuesday 12.43 AM, July 21st, 2015

Wished I Could Turn Back To The Past

In response to The Daily Post’s writing prompt: “Turn, Turn, Turn.”

Turn, turn, turn

Turn, turn, turn

Maybe you think seasons change so quickly. Actually I don’t want to go anywhere. Please stop this time machine because everytime it spins I feel like I’m more distance from the past.

I’ve lost someone I love in the past, that’s why leaving the past is like leaving him. Stuck to the past? Yeah, perhaps, I’m not sure. Because sometime I look far forward to the future where I can put all the sadness behind me and start over everything. Just don’t know where exactly it will start. There’s always a part of me wants to turn back to the past.

***

Tyastlc

Remembering the past, Early Wednesday, June 17th, 2015

Kamera Berdarah

Aku bergegas memasuki bangunan megah bergaya Victoria yang terletak di sebuah kawasan hunian mewah. Letaknya yang berada di hook membuatku tak kesulitan untuk menemukan rumah seorang fotografer kondang yang sering kulihat karya-karyanya tapi belum pernah kujumpai ataupun kulihat orangnya. Karena penasaran maka aku mengajukan diri untuk menjemput sang fotografer ketika sepupuku yang siang ini hendak melangsungkan resepsi pernikahan memintaku untuk menyuruh sopirnya menjemput sang fotografer di rumahnya.

“Kamu yakin?” Tanya sepupuku ragu.

“Dia akan merasa lebih dihargai jika yang menjemputnya adalah keluarga mempelai” Begitu alasan yang kuajukan padanya. Saudaraku mengangguk sambil tersenyum. Dia tak punya waktu untuk berdebat denganku.

Pandanganku tertuju pada pilar-pilar tinggi berwarna putih yang bertumpu pada beberapa anak tangga ketika aku melewati teras rumah besar itu. Kuperkirakan kedua tanganku ini tak akan cukup memeluk pilar-pilar tersebut. Tentu saja aku tak perlu membuktikannya kalau tidak mau dianggap konyol oleh siapapun yang mungkin melihat kelakuanku. Aku senyum-senyum sendiri dalam hati membayangkan aku memeluk pilar-pilar itu dan dipergoki oleh seseorang. Seorang lelaki berpakaian seragam security menyambut kedatangaku dari balik pintu yang tak kalah menjulangnya daripada pilar-pilar tadi. Dia mempersilahkan aku masuk setelah kuutarakan maksud kedatanganku.

Bangunan yang kumasuki ternyata sebuah galeri tempat sang fotografer memajang karya-karyanya. Sebagian karyanya sudah pernah aku lihat di sebuah jejaring sosial. Foto-fotonya bertema makanan. Dia memang mengkhususkan diri dalam bidang food photography. Followernya berjumlah ribuan. Baik dari kalangan sesama fotografer maupun penikmat foto-foto artistik macam diriku. Kemampuannya telah mendapat pengakuan oleh berbagai komunitas fotografer. Aku heran bagaimana dia bisa dengan sangat pas mengambil sudut dari tiap obyek yang akan difotonya.  Pencahayaannya juga pas banget, menjadikan semua foto-foto hasil karyanya begitu artistik. Dia juga sangat memperhatikan komposisi warna tiap obyek foto yang berada dalam satu frame sehingga menghasilkan harmonisasi di tiap-tiap karyanya. Maklum saja, fotografi adalah dunia yang belum bisa kutaklukkan sampai saat ini. Makanya aku selalu terkagum-kagum melihat hasil jepretan orang-orang yang menurutku sangat jenius. Salah satunya adalah orang yang hendak kutemui ini.

Tiba-tiba mataku tertuju pada satu spot yang mungkin sedari awal tadi terlewat dari perhatianku. Ada inisial AK yang dibubuhkan sebagai watermark disalah satu karyanya. Tulisannya tipis sekali hingga hampir tak terlihat kalau saja mataku tidak jeli meneliti detil foto es cream berlatar belakang beberapa buah tersebut lebih dekat. Aku tahu nama sang fotografer adalah Kamal. Begitu yang kuketahui lewat akun Instagramnya. Tapi aku tak tahu nama lengkapnya. Aku yakin AK adalah inisial nama lengkapnya. Sepertinya aku begitu familiar dengan inisial itu tapi entah dimana. Sepertinya tidak terlalu lama, dan sangat sering aku memperhatikan inisial tersebut. Otakku tak bisa kupaksa untuk mengingatnya. Kemudian kususuri kembali dari awal deretan foto-foto yang berjejer rapi di dinding. Ternyata semua foto-foto itu dibubuhi watermark dengan inisial yang sama. Ah…kenapa otakku tiba-tiba buntu begini. Aku merutuki diriku sendiri dalam hati. Aku sering melihatnya sebelum ini. Tidak di akun instagramnya. Dia tak pernah memasang watermark diakunnya. Tapi dimana?

“Ada yang bisa saya bantu, Mbak?” Kehadiran satpam yang tiba-tiba sudah berada disampingku sangat mengejutkan aku. Mungkin tanpa kusadari sudah sedari tadi dia berdiri disampingku.

“Eh iya pak. Saya sedang memperhatikan inisial AK di tiap foto-foto ini. Saya pernah lihat sebagian foto-foto ini di internet tapi nggak ada inisialnya” Jelasku panjang lebar untuk menutupi kegugupanku.

“AK adalah inisial nama Ibu Anita Kamal. Beliau selalu membubuhkan inisial namanya di tiap karyanya”

“O….” hanya itu yang bisa terucap dari mulutku. Karena aku sedang menyesali kedudulan diriku. Aku tak pernah menyangka sebelumnya bahwa Kamal yang selama ini foto-fotonya kukagumi adalah seorang perempuan.

“Baik, Pak. Rasanya saya sudah terlalu lama di ruangan ini. Lebih baik saya menemui Ibu Anita Kamal sekarang” Aku buru-buru meninggalkan satpam dan berjalan menuju pintu samping yang tadi ditunjukkannya.

“Ruang kerjanya berada di ujung selasar itu, Mbak” itu kata-kata satpam yang kuingat saat pertama kali aku memasuki ruang galeri. Di kiri kanan selasar terdapat tanaman mawar berbagai warna yang terawat rapi. Di sebelah kanan terdapat kolam ikan Koi yang berukuran lumayan besar. Kalau saja pikiranku tidak terusik dengan inisial AK, ingin rasanya aku berlama-lama menikmati keindahan ikan-ikan tersebut. Rasanya selasar ini tak banyak dilalui orang. Satpam tadi juga memberitahuku bahwa akses ke kantor sang fotografer sebenarnya bukan dari ruang Galeri, melainkan dari sisi sebelahnya.

“Jam berapa acaranya” lamat-lamat kudengar suara berat seorang lelaki dari dalam bangunan yang terpisah sekitar sepuluh meter dari ruang galeri. Aku memperlambat langka kakiku.

“Jam 13” Suara seorang wanita menjawabnya pendek.

“Berhati-hatilah. Kupikir kamera itu terlalu sering meminta korban akhir-akhir ini. Bagaimana kalau ada yang curiga?” Suara lelaki itu lagi.

“Kamera ini akan terus meminta darah agar bisa menghasilkan foto-foto yang dikagumi banyak orang” Suara wanita itu. “Jangan khawatir, tidak ada yang akan curiga. Korbannya acak dan tidak ada kaitan apapun diantara korban-korban yang menjadi tumbal kamera ini” lanjut wanita itu.

Aku terkesiap sesaat. Pikiranku tiba-tiba melayang ke tumpukan beberapa foto yang ada di meja kerjaku. Itu adalah foto-foto korban pembunuhan yang belum bisa kupecahkan kasusnya. Foto-foto yang ada di mejaku adalah foto terakhir mereka beberapa hari sebelum meninggal secara misterius. Mereka tidak saling berkaitan. Tapi ada kesamaan di foto-foto tersebut. Ya !!! Aku ingat sekarang. Aku melihat inisial AK pada semua foto-foto korban. Jadi…… ah pikiranku dipenuhi modus-modus pembunuhan yang mungkin ada kaitannya antara para korban, inisial AK, dan wanita fotografer yang hendak kutemui ini. Tanpa kusadari langkah kakiku yang sedari tadi kuperlambat akhirnya mengantarkan aku ke depan pintu ruang kerja Anita Kamal. Aku gugup dan berusaha menarik pikiranku ke dunia nyata secepatnya. Perempuan berumur sekitar empat puluh lima tahun itu tak kalah kagetnya mendapati diriku tiba-tiba berada di depan ruang kerjanya dari arah yang mungkin tak pernah dia kira sebelumnya. Aku tiba-tiba teringat dengan sepupuku. Bayangan dia dan istrinya yang baru saja kemarin melangsungkan pernikahan berkelebatan dipikiranku. Aku harus menyelamatkan mereka. Tapi bagaimana caraku untuk mencegah wanita ini agar tidak bertemu mereka? Rasanya ingin sekali aku segera lari dari tempat ini dan memberitahukan semuanya kepada sepupuku. Tapi kedua kakiku seolah tertancap dengan kuat ke dalam lantai marmer yang kupijak. Lalu tiba-tiba semua yang ada disekitarku seolah berputar-putar semakin kencang….

Inst10

Inst10

Dan tiba-tiba aku terbangun dari tidurku. Mimpiku melayang begitu saja meninggalkan aku dalam keadaan termangu-mangu di pinggir ranjang. “What was that?” Tanyaku dalam hati.  Aku ingat sebelum tidur aku sedang membuka sebuah aplikasi yang merupakan sebuah client application dari Instagram. Nama aplikasinya Inst10. Aku member dari sebuah komunitas yang bernama Beta Zone. Tugasku adalah memberi feedback kepada pihak-pihak yang hendak meluncurkan aplikasi-aplikasinya ke appsworld. Jadi mereka memberiku kesempatan pertama untuk mendownload versi beta, menjajalnya pada gadgetku, dan menginformasikan kepada mereka jika ada bug ataupun masukan lain berkaitan dengan aplikasi beta tersebut. Jika aplikasinya sudah fix, baru deh dilaunching di appsworld secara terbuka.

Nah karena seharian aplikasi Inst10 tersebut kugeber di gadgetku Blackberry versi 10, agar aku bisa tahu errornya dimana, maka tak heran sampai kebawa dalam mimpi tuh foto-foto yang kulihat di Instagram.

***

Tyastlc

Nighty nighty night, Beginning March, 2015

2014 in Review

The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2014 annual report for this blog.

Here’s an excerpt:

A San Francisco cable car holds 60 people. This blog was viewed about 1,600 times in 2014. If it were a cable car, it would take about 27 trips to carry that many people.

Click here to see the complete report.

I hope it will be better in 2015.

Multitasked Woman

Ready, Set,Done

Today, write about anything — but you must write for exactly ten minutes, no more, no less. – The Daily Post

I was attending my class when I read this daily prompt from my mobile. It told me to write about anything for exactly ten minutes, no more, no less. Then I started to write anything that came up to my mind right away while I still paid attention to the class. We learned about statistic this night.

class room

class room

If you question me can I do more than one task in a moment, I may say yes I can. I still could get focus for what I was writing and I still could pay attention to the class. It’s well known that woman can do multitask. But you can not wish a man to do so. He absolutely can’t do that.

Oh…too bad! The ten minutes has passed…

 

***
Tyastlc

I’m back to daily prompt!

Early morning, September 19, 2014